OJK Dorong Multifinance Alihkan Fokus ke Sektor Hunian di Tengah Lesunya Pasar Otomotif

Rabu, 15 Januari 2025 | 16:14:37 WIB
OJK Dorong Multifinance Alihkan Fokus ke Sektor Hunian di Tengah Lesunya Pasar Otomotif

Jakarta - Dalam upaya memanfaatkan peluang pasar yang muncul di tengah tekanan sektor otomotif, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memandang sektor hunian sebagai alternatif pasar potensial bagi perusahaan pembiayaan. Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML) OJK, Agusman, menyampaikan bahwa potensi ini diperkuat oleh program pembangunan tiga juta rumah yang diinisiasi oleh Presiden Prabowo Subianto.

"Dengan adanya program pemerintah pembangunan tiga juta rumah, tentu saja akan memberikan peluang besar bagi industri perusahaan pembiayaan untuk menopang bisnis yang selama ini fokusnya lebih banyak ke sektor otomotif. Jadi, sekarang ada alternatif baru yang juga jauh lebih potensial," ujar Agusman dalam konferensi pers OJK, Rabu, 15 Januari 2025.

Regulasi yang dibuat oleh OJK, termasuk Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 35 Tahun 2018 dan POJK Nomor 46 Tahun 2024, sudah mengakomodasi keterlibatan multifinance dalam pembiayaan sektor hunian. Regulasi ini memperbolehkan perusahaan pembiayaan memberikan pembiayaan untuk properti seperti rumah toko (ruko), apartemen, dan rumah kantor (rukan), baik yang baru maupun bekas, serta pembiayaan alat berat yang diperlukan untuk pembangunan perumahan.

Agusman mengungkapkan bahwa pada November 2024, sebanyak 50 perusahaan pembiayaan telah menyalurkan pembiayaan ke objek-objek terkait perumahan seperti rumah tinggal, ruko, rukan, dan apartemen. “Dengan adanya program pembangunan tiga juta rumah ini, ditambah dengan meningkatnya permintaan akan hunian, industri multifinance memiliki peluang untuk memperluas portofolio mereka di sektor hunian sehingga menjadi segmen potensial bagi industri di 2025 dan mendatang,” jelasnya.

Ia menambahkan bahwa pembiayaan alat berat juga diperkirakan akan terdampak positif dengan adanya program tersebut. “Kebutuhan alat berat sangat diperlukan untuk pengelolaan lahan, pembangunan infrastruktur pendukung, dan konstruksi,” tambah Agusman.

Namun, ia mengakui adanya sejumlah tantangan yang harus dihadapi perusahaan pembiayaan dalam memberikan pembiayaan di sektor hunian. Pertama, perusahaan pembiayaan perlu mengantisipasi risiko kredit macet dengan melakukan penilaian kredit secara baik. Kedua, diperlukan peningkatan sumber pendanaan melalui alternatif yang berbeda untuk mendukung pembiayaan perumahan secara efektif dan aman. Ketiga, diversifikasi portofolio pembiayaan dan mitigasi risiko terkait agunan harus menjadi perhatian. “Edukasi kepada debitur juga merupakan langkah penting untuk menjaga keberlanjutan operasional dan keberhasilan program tiga juta rumah ini,” tegas Agusman.

Untuk mengatasi keterbatasan modal, perusahaan pembiayaan didorong untuk meningkatkan sinergi dan kerja sama, termasuk dengan PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) dan Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera), agar dapat menyediakan sumber dana murah jangka panjang yang mendukung penyaluran pembiayaan ke sektor perumahan.

Saat ini, industri otomotif masih menjadi kontributor utama dalam portofolio pembiayaan multifinance, menyumbang 70% dari total pembiayaan. Namun, kinerja pasar otomotif mengalami penurunan, dengan penjualan mobil secara wholesales sepanjang 2024 hanya mencapai 865.723 unit, turun 13,9% YoY dari 1.005.802 unit pada 2023. Tantangan di sektor otomotif diprediksi akan terus berlanjut pada 2025 dengan adanya kebijakan PPN sebesar 12% dan opsen pajak kendaraan.

Langkah OJK mendorong multifinance untuk mengalihkan fokus ke sektor hunian diharapkan dapat memberikan suntikan semangat baru di tengah tantangan yang dihadapi sektor otomotif. Program tiga juta rumah tidak hanya memberikan peluang bagi perusahaan pembiayaan untuk tumbuh, tetapi juga membantu memenuhi kebutuhan perumahan bagi masyarakat di Indonesia.

Terkini